News

Akibat Eropa Krisis 1,2 juta Dokter & Perawat, Nakes Indonesia Berpeluang Berkarir Melalui IEU-CEPA

Oleh Admin Rabu, 22 Oktober 2025


Infokom DPP - Keinginan tenaga kesehatan Indonesia untuk berkarir di luar negeri semakin terbuka termasuk wilayah eropa.

Berkaitan kekurangan 1,2 juta tenaga kesehatan yang melanda Uni Eropa membuka peluang besar bagi tenaga profesional Indonesia, seiring dengan penyelesaian substansial Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA).

Lusyana Halmiati selaku Atase Perdagangan (Atdag) di Brussels, Belgia mengatakan, Uni Eropa mengalami kekurangan hingga 1,2 juta dokter dan perawat pada 2024. Kondisi ini membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk mendorong ekspor sumber daya manusia (SDM) unggulan ke pasar Eropa.

Dijelaskannya, bahwa kekosongan tenaga kerja di Eropa dipicu oleh tingkat kelahiran yang rendah dan populasi menua, terutama di sektor kesehatan. Selain di sektor kesehatan, Lusyana menuturkan bahwa kekurangan tenaga kerja juga terjadi di sektor konstruksi, juru masak, teknisi kelistrikan, hingga operator permesinan.

Namun, dia menuturkan bahwa pasar tenaga kerja yang terfragmentasi di Uni Eropa membuat masing-masing negara di Uni Eropa menyajikan tantangan sendiri bagi tenaga profesional Indonesia yang mau memasukinya.

“Di UE, kekurangan tenaga kerja itu isu yang besar karena tingkat kelahiran yang rendah dan aging population. Kekurangan terjadi paling banyak di sektor konstruksi, pelayanan kesehatan, juru masak, teknisi kelistrikan, dan operator permesinan. Sektor kesehatan menjadi yang paling disorot karena pada 2024, mereka kekurangan 1,2 juta tenaga dokter dan Perawat,” kata Lusyana dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (20/10/2025), sesuai yang diliris bisnis.com.

Lusyana mengingatkan bahwa pasar tenaga kerja Eropa juga menantang. Dalam hal ini, kemampuan bahasa, sertifikasi, dan kebijakan migrasi yang berbeda di tiap negara menjadi hambatan yang harus diantisipasi oleh tenaga profesional Indonesia.

Selanjutnya, persaingan dengan tenaga migran dari negara lain dan kebijakannya bervariasi di setiap negara Uni Eropa. Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyebut bahwa SDM Indonesia memiliki potensi tinggi untuk menjawab kebutuhan di pasar Uni Eropa.

“Kami melihat perkembangan sektor jasa di Indonesia sangat luar biasa. Ada beberapa contoh tenaga kerja profesional kita masuk dan berkembang di luar negeri, meniti karier sampai ke level yang diperhitungkan. Pasar UE tidak kalah menarik, banyak peluang yang dapat kita jajaki,” kata Djatmiko.

Sepakat, Direktur Promosi dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Sri Mulyani juga menyebut bahwa pentingnya kesiapan SDM, baik dari sisi bahasa, sertifikasi, maupun penjenamaan tenaga kerja Indonesia agar mampu bersaing secara global.

Menurutnya, strategi yang perlu dilakukan adalah membekali diri dengan kemampuan berbahasa sesuai negara tujuan dan sertifikasi yang dibutuhkan untuk menghindari ketidaksesuaian pekerjaan (missmatch).

Senada, Kepala Deputi Kelompok Kerja Sumber Daya Manusia EuroCham Indonesia Sylviawati Tanuwikarta juga mengatakan bahwa keberadaan IEU—CEPA yang memberikan tarif 0% pada 90,4% pasar Uni Eropa akan mendorong permintaan tenaga kerja ke UE. Sylviawati menilai, perjanjian IEU—CEPA berpotensi mendongkrak produktivitas dan menciptakan permintaan tenaga kerja baru, terutama di sektor-sektor unggulan seperti kopi, kelapa sawit, dan kakao.

“Kami melihat Indonesia—EU CEPA menjanjikan karena bisa membuka lebih banyak peluang pekerjaan yang lebih banyak di highly skilled labor,” pungkasnya. (IR)

Sumber : Media online bisnis.com 

Dikembangkan oleh ppnipusat.or.id - Departemen Teknologi Informasi © Copyright 2023