Infokom DPP PPNI - Prestasi yang dilakukan seorang Perawat mendapatkan apresiasi dari pihak terkait berkat kemanfaatannya.
Berkat hasil karya Perawat Puskesmas Kecipir Kecamatan Losari Brebes, Ratna Panji Astuti berupa Simple Method and Tool System for Optotype (SMART OPT) atau Sistem metode dan alat ringkas untuk optotype mendapat pengakuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
“Alhamdulillah, temuan saya sudah mendapatkan hak cipta,” terang Ratna di Puskesmas Kecipir, Senin (26/5/2025) lalu, seperti dilansir indonesianpolicenews.id.

Untuk diketahui SMART OPT adalah sistem metode dan alat sederhana yang diciptakan untuk membantu penggunaan Optotype Chart dalam pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan secara manual bagi penderita buta huruf dan difabel tuna rungu tunawicara.
Ada dua komponen utama alat tersebut, yakni; 1. Alat tulis manual atau digital yang memungkinkan peserta menuliskan atau meniru symbol pada optotype selama pemeriksaan. 2. Kartu bantu Optotype chart (KBOC) berupa kartu berukuran A4 yang menampilkan satu set lengkap simbol dan huruf Optotype (Snellen, LogMar, E chart, Landolt) yang memungkinkan peserta menunjukkan huruf atau simbol yang sesuai dengan huruf atau simbol pada Optotype selama pemeriksaan
Dikatakannya bahwa ide awal diciptakannya metode dan alat bantu ini adalah saat Puskesmas Kecipir melaksanakan kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular. Didalamnya, dilakukan kegiatan skrining ketajaman mata pada seluruh siswa SMA/SMK, SMP/MTS, dan siswa kelas 4,5,6 SD/MI di wilayah Puskesmas Kecipir.
“Ditemui ada beberapa siswa yang buta huruf, saya berhenti beberapa saat dan akhirnya muncul ide agar siswa mengambil alat tulis dan menuliskan apa yang dilihat pada alat pemeriksaan (Snellen chart),” ucap Ratna.
Pada saat kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga ada pemeriksaan ketajaman mata dan saat dilakukan evaluasi ternyata ada beberapa peserta yang tidak dilakukan skrining mata. Ratna menanyakan alasan peserta CKG terutama lansia yang buta huruf sehingga petugas kesulitan melakukan pemeriksaan.
“Akhirnya saya mencari metode pemeriksaan mata pada pasien buta huruf di google dan media lainya. Disitu, saya hanya menemukan metode untuk mencocokan gambar/lambang dengan alat pemeriksaan mata (Optotype chart) tapi tidak ada contoh gambar maupun video alat bantunya maupun teknik pemeriksaanya,” tutur Ratna.
Menemui kasus tersebut, Ratna membuat Kartu Bantu Optotype Chart (KBOC) sebagai
huruf/lambang/gambar dengan Optotype, karena lansia juga kesulitan untuk menulis. Ratna berpikir sistem metode dan alat bantu SMART OPT cocok digunakan bagi penderita difabel tuna rungu dan tuna wicara.
Diciptakannya SMART OPT, lanjutnya, bertujuan untuk memenuhi hak kelompok khusus untuk akses skrining mata, menghindari kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan, menyediakan metode dan alat sederhana yang aplikatif di fasilitas layanan dasar.
SMART OPT juga merupakan produk yang memiliki keunikan sebagai solusi skrining kesehatan mata bagi kelompok khusus, murah, sederhana, efektif. Juga bisa digunakan semua tenaga medis di semua level, tidak menggunakan listrik/baterai, cocok untuk skrining massal, dan bisa digunakan di daerah terpencil.
“Saat ini SMART OPT diterapkan di Puskesmas Kecipir untuk CKG program kesehatan indera, pemeriksaan visus. Dan sangat potensial diimplementasikan secara nasional,” imbuh Ratna. (IR)
Sumber : Media online indonesianpolicenews.id.