Infokom DPP PPNI - Pengalaman berharga pada saat menuntut ilmu menjadi kenangan berharga yang agak susah dilupakan, terutama ketika berada di luar negeri.
Belajar di luar negeri sejatinya tidak hanya memberikan pertukaran pengetahuan akademis yang luas, melainkan juga memperkaya perspektif budaya. Seperti halnya yang Talitha Maulia Nada dapatkan.
Mahasiswi Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (UNAIR) itu berhasil menjadi salah satu peserta student exchange di School of Nursing and Midwifery, La Trobe University, Australia.
“Motivasi saya mengikuti program ini adalah untuk memperluas wawasan mengenai pendidikan keperawatan di luar negeri. Khususnya bagaimana Australia menerapkan sistem kesehatan dan praktik keperawatan. Selain itu, saya ingin membangun relasi internasional yang akan bermanfaat di masa depan,” ungkapnya seperti diliris unair.ac.id.

Selama di sana, Nada berkesempatan merasakan langsung berbagai kegiatan praktik laboratorium. Adapun praktik yang ia lakukan meliputi pemasangan kateter, pemasangan kolostomi, dan pelepasan jahitan pada pasien simulasi. “Selain itu, kami juga mempraktikkan tindakan pemasangan infus, pemberian obat melalui intravena, serta proses pengenceran (oplos) obat secara aman,” imbuhnya.
Kegiatan ini terlaksana menggunakan mannequin interaktif yang menyerupai pasien nyata, yang dapat berbicara, merespons tindakan, dan menampilkan reaksi fisiologis. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk merasakan pengalaman praktik yang lebih realistis dan mempersiapkan mereka menghadapi situasi klinik sesungguhnya.
“Tidak hanya itu, kami juga dilatih keterampilan pengambilan darah dari pasien simulasi, sebagai persiapan menghadapi praktik klinik di rumah sakit. Kegiatan lab skill ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam memberikan perawatan yang aman, profesional, dan berbasis pengalaman nyata,” papar Nada.
Selain pengalaman akademis yang berkesan, Nada juga belajar banyak perspektif budaya yang berbeda. Misalnya ia berkesempatan mendalami budaya suku asli Australia lewat workshop tentang indigenous culture. “Saya belajar bagaimana budaya Aborigin memengaruhi kesehatan dan pelayanan keperawatan di Australia. Yang membuka perspektif baru tentang cultural competence dalam praktik keperawatan,” ungkapnya.
“Saya menyadari pentingnya cultural competence dan kolaborasi global dalam keperawatan. Saya menyadari bahwa merawat pasien tidak hanya soal keterampilan klinis, tetapi juga memahami latar belakang budaya, nilai, dan kepercayaan pasien. Nilai lain yang saya dapat adalah pentingnya berpikir kritis, adaptif terhadap lingkungan baru, serta berani keluar dari zona nyaman,” tutup Nada. (IR)
Sumber : Media online unair.ac.id