News

Perjuangan Perawat Indonesia Asal Desa Kecil Sukses Mengabdi di Tanah Suci

Oleh Admin Senin, 7 Juli 2025


Infokom DPP PPNI - Perjuangan Perawat untuk mengabdikan dirinya untuk mengembangkan profesi di dalam maupun di luar negeri.

Sehubungan itu, sebut saja Nazera (bukan nama asli), seorang lulusan program studi keperawatan dari salah satu STIKes di Aceh. Sebenarnya ia bukan mahasiswi paling cemerlang, tapi ia paling tekun.

Sementara teman-temannya sibuk bermain, Nazera belajar anatomi tubuh dan bahasa Inggris melalui YouTube. Hal itu ia lakukan demi impiannya yang sederhana tapi besar, yakni menjadi Perawat internasional yang membuktikan bahwa orang dari desa pun dapat berjaya di luar negeri.

Setelah lulus, Nazera tak langsung bekerja di rumah sakit besar. Ia pernah menjadi relawan COVID-19 di RS Darurat Wisma Atlet Jakarta. Gaji kecil, kerja keras, dan tekanan tinggi tak menyurutkan semangatnya. Bahkan dari situlah ia tumbuh menjadi Perawat hebat, belajar tentang kedaruratan medis, ketenangan dalam krisis, dan empati yang mendalam.

Namun impiannya belum berhenti di sana. Ia terus belajar bahasa asing, memahami budaya Arab, dan mempersiapkan diri ikut seleksi kerja ke luar negeri. Saat akhirnya panggilan kerja ke Mekkah datang, ia tahu inilah jawaban dari doa dan perjuangannya.

Jadi Perawat di Mekkah: Antara Profesi dan Spiritualitas

Hari pertama bekerja di klinik Arab Saudi, Nazera masih merasa gugup dengan bahasa Arabnya yang masih terbata. Namun semangatnya tak goyah. “La takhaf… ana mumaridha,” katanya lembut pada seorang pasien lansia yang artinya, “Jangan khawatir, saya Perawat.” Tentunya kalimat sederhana itu cukup untuk menghadirkan rasa aman.

Sedikit demi sedikit, ia menguasai sistem kerja di sana, mulai dari membaca resep berbahasa Arab hingga mencatat rekam medis secara digital. Ia bangun sebelum fajar, beribadah, lalu berangkat bekerja dengan semangat yang sama seperti saat belajar di bangku kuliah.

“Bekerja di Mekkah membuat saya merasa dekat dengan Tuhan. Saya menolong sesama sekaligus beribadah setiap hari,” tuturnya.

Suatu malam, ia menemani pasien yang menangis kesepian di ruang rawat. Nazera menggenggam tangan pasien itu dan melantunkan Al-Fatihah. Air mata pasien itu berubah menjadi senyum syukur.

Dari Nazera untuk Indonesia

Enam bulan kemudian, nama Nazera tercantum dalam daftar petugas kesehatan yang mendapat izin menunaikan ibadah haji. Di depan Ka’bah, ia menengadah, menangis, dan berkata dalam hati:

“Ayah, Ibu… anakmu dulu hanya gadis kecil dari desa. Tapi hari ini, Allah bawa aku ke rumah-Nya, dengan profesi yang aku cintai.”

Berdasarkan kisah Nazera menjadi bukti bahwa lulusan kampus daerah pun mampu bersaing di kancah internasional. Ketekunan, niat yang kuat, dan semangat belajar adalah kunci utama. (IR)


Sumber : Media online news.bsi.ac.id


Dikembangkan oleh ppnipusat.or.id - Departemen Teknologi Informasi © Copyright 2023